Makalah
KESALAHAN PENULISAN KATA, DIKSI, KALIMAT DAN PARAGRAF DALAM JURNAL
Oleh :
HATTA SAPUTRA HAFID
KELOMPOK IV (EMPAT)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena izin dan ridha-Nya jualah,penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dengan judul “KESALAHAN PENULISAN KATA, DIKSI, KALIMAT, DAN PARAGRAF DALAM JURNAL’’
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam
Makalah ini disusun dengan segala kekurangan, namun terkandung harapan semoga dapat dijadikan masukan dan bahan pemikiran serta renungan untuk di aplikasikan.
Penulis juga menyadari bahwa isi tulisan ini masih banyak kekurangan-kekurangan, olehnya itu kami harapkan kritikan yang sifatnya membangun
Akhirnya kepada Allah jua penulis mohon ampun, kalau sampai terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, Amin Ya Rabbal Alamin.
Kendari, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KATA, DIKSI, KALIMAT DAN PARAGRAF
1. Pengertian Kata
2. Pengertian Diksi
a. Peranti kelugasan kata
b. Peranti kebakuan dan ketidakbakuan kata
3. Pengertian Kalimat
4. Pengertian Paragraf
a. Pengait paragraf
B. JURNAL YANG DIANALISIS
1. Pendahuluan
2. Guru dan Penyelenggara Administrasi Sekolah
3. Pentingnya Pemahaman Adminstrasi Bagi Guru
a. Administrasi kurikulum
b. Adminstrasi kesiswaan
c. Administrasi sarana dan prasarana
d. Adminstrasi personel
e. Administrasi keuangan
f. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
4. Penutup
C. HASIL ANALISIS
a. Kesalahan Kata
b. Kesalahan Diksi
c. Kesalahan Kalimat
d. Kesalahan Paragraf
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KATA, DIKSI, KALIMAT DAN PARAGRAF
1 Pengertian kata
Kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Namun,dalam kamus besar bahasa Indonesia ( BBI ), kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
2 Pengertian diksi
Diksi adalah pilihan kata. Dalam kamus besar bahasa Indonesia diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu. Peranti-peranti diksi sebagai berikut :
a. Peranti Kelugasan Kata
Diksi juga mengajarkan ihwal kata-kata lugas, apa adanya. Ada juga yang menyebut kata-kata lugas itu tembak langsung ( to the point ), tegas, lurus, apa adanya, kata-kata yang bersahaja. Kata-kata yang lugas adalah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit. Lazimnya, kata-kata lugas itu bukan merupakan bentuk-bentuk kebahasaan kompleks.
Pemakaian bentuk-bentuk yang verbalitis, yang keasing-asingan, sesungguhnya dapat dianggap bertentangan dengan prinsip kelugasan ini. Orang cenderung akan menggunakan bentuk asing karena merasa bahwa kata-kata yang bukan asing tidak lugas, tidak pas, tidak tepat menggambarkan konsep. Dengan memerantikan bentuk kebahasaan yang sepenuhnya belum dikenal masyarakat itu karena keasingannya, dimensi kelugasan akan jauh menurun.
Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa kata-kata lugas itu jelek dan harus dihindarkan dalam pemakaian. Ada peristiwa-peristiwa kebahasaan dan bentuk-bentuk kebahasaan yang mamang memerlukan kelugasan dalam pernyataan dan pemakaiaan. Ketika konteks pemakaian kebahasaan itu adalah menyatakan kebasa-basian dan kesatuan yang lugas itu tidak tepat.
Akan tetapi, untuk menganalisis data penelitiaan, menarik kesimpulan dalam penelitian, pemakaian bentuk-bentuk kebahasaa yang lugas, apa adanya, sesuai dengan fakta harus digunakan sebaik-baiknya.
b. Peranti Kebakuan Dan Ketidakbakuan Kata
Bentuk baku hadir karena adanya pembakuan bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan bahasa demikian itu pada gilirannya akan menjadikan bahasa Indonesia semakin bermartabat. Bahasa yang bermartabat lazimnya akan digunakan oleh masyarakat, baik masyarakat dalam pengertian domestik maupun masyarakat dalam pengertian internasional.
Bilamana bahasa baku tersebut digunakan oleh masyarakat internasional, maka jadilah bahasa itu bahasa yang berharakat dan bermartabat tinggi. Bahasa Indonesia sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi bahasa yang berharakat dan bermartabat tinggi, hingga akhirnya akan banyak digunakan dalam kancah internasional.
Akan tetapi, syarat untuk dicapainya cita-cita itu adalah bahwa bahasa baku bahasa Indonesia ini harus benar-benar mantap dan stabil. Kaidah-kaidah kebahasaan ini tidak boleh terus menerus berubah. Sifat keakomodatifan bahasa Indonesia yang tinggi terhadap bahasa-bahasa asing dan daerah akan mengganggu kestabilan kaidah-kaidah kebahasaan itu sendiri. Memang masuknya berbagai kosakata bahasa asing dan daerah kedalam bahasa Indonesia akan menjadikan perbendaharaan bahasa ini luar biasa kaya dan hal ini terlihat dari perkembangan kamus besar bahasa Indonesia yang dari tahun ketahun senantiasa berkenbang hebat.
Dalam tataran yang berada diatas perbendaharaan kata, masuknya pengauh asing dalam dimensi struktur, justru akan menjadikan bahasa Indonesia ini tidak stabil harkat martabatnya.
3 Pengertian Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang setidaknya terdiri dari subjek dan predikat,yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. Dapat dikatakan sebagai satuan bahasa terkecil karena sesungguhnya di atas tataran kalimat itu masih terdapat satuan kebahasaan lain yang lebih besar.
4 Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalan peragraf itu harus disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.
Pengertian di atas menyiratkan bahwa sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antarkalimatnya. Tidak ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan sebuah keharusan. Sama persis dengan sebuah kalimat yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu. Tanpa ide pokok, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf.
Jadi, pertautan yang terjadi antara kalimat satu dan kalimat yang lainnya itu mengandaikan terjadinya kepaduan dan kesatuan unsur-unsur yang membangun paragraf itu.Itulah kenapa dipersyaratkan bahwa paragraf itu harus merupakan untaian kalimat-kalimat yang sistematis susunannya, utuh dan padu pertautan makna dan bentuknya.
Dengan pemahaman seperti di atas dapat ditegaskan bahwa sesungguhnya sebuah paragraf harus mengemban ide pokok atau ide utama yang jelas demikian itu, sebuah paragraf pasti tidak akan memiliki kendali. Ide utama paragraf harus ditempatkan pada posisi yang jelas, sehinnga pengembangan terhadap ide utama itu akan mudah dilakukan.
a. Pengait Paragraf
Selain kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu dipersyaratkan untuk selalu berhubungan secara rasional antara yang satu dan lainnya, sehingga kalimat-kalimat di dalam paragraf itu akan dapat dibangun secara satu dan padu, kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf juga masih harus didukung penataannya dengan peranti konjungsi dan kata ganti. Adapun yang dimaksud dengan konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yag lainnya.
Konjungsi atau kata penghubung itu dapat dibedakan menjadi bermacam-macam, ada yang letaknya antarkalimat, ada pula yang letaknya interkalimat. Konjungsi antarkalimat di dalam sebuah paragraph bertugas untuk menyambungkan atau menghubungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung seperti: sebelumnya, selanjutnya, setelah itu dan berikutnya, jelas sekali dapat digunakan dalam posisi antarkalimat.
Jadi, pengait paragraf adalah menunjuk pada bentuk-bentuk kebahasaan tertentu yang berfungsi mengaitkan sub-sub ide dalam sebuah paragraf.
Konjungsi yang dapat diperankan sebagai kata-kata pengait paragraf itu jumlah dan macamnya banyak dan dapat dibedakan seperti berikut ini
1.1.Pengait berupa Konjungsi Interkalimat.
2.1.Pengait berupa Konjungsi Antarkalimat.
3.1.Pengait berupa Konjungsi Korelatif.
4.1.Pengait berupa Preposisi.
5.1.Pengait dengan Teknik Pengacuan.
6.1. Pengait yang Memerantikan Kalimat.
B. JURNAL YANG DIANANLISIS
GURU DAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI SEKOLAH
Oleh: Syahrul *
Abstrak
Guru merupakan salah satu komponen utama dalam organisasi sekolah, sehingga dituntut terlibat secara aktif membantu kepala sekolah bersama guru lainnya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah tempat ia bertugas. Keterlibatan guru adalah secara kesuluruhan (totalitas), yang tidak hanya aspek fisik-material tetapi juga melibatkan mental-spritual, dalam rangka mencapai tujuan.
Pandangan di atas menggambarkan betapa luasnya wilayah kerja yang mesti diemban oleh guru, tidak hanya terbatas pada relasinya dengan peserta didik akan tetapi juga meliputi aspek-aspek di luar peserta didik. Kompleksitas tersebut juga berarti benyaknya peran yang mesti dimainkan oleh guru, antara lain: a) pengambilan inisitaf, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan; b) wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat; c) orang yang ahli dalam mata pelajaran; d) penegak disiplin; e) pelaksana administrasi pendidikan; f) pemimpin generasi muda; g) penerjemah kepada masyarakat.
Peran-peran administratif oleh guru mencakup pendekatan-pendekatan sebagai berikut: Pertama, dalam konteks kapasitasnya sebagai tenaga pengajar, yang menyangkut aspek individualnya sebagai guru; Kedua, adalah sebagai anggota masyarakat yang secara formal bekerja sebagai guru di sekolah (social pproach); Ketiga, dalam konteks peran pembaharu bagi pemuda atau anak didik.
Beberapa aspek administrasi di sekolah yang perlu dipahami guru antara lain: (1) administrasi pengembangan kurikulum; (2) administrasi kesiswaan; (3) administrasi personalia; (4) administrasi sarana prasarana; (5) administrasi keuangan; (6) administrasi tentang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Kata kunci : administrasi sekolah, guru
1. Pendahuluan
Sebagai salah satu pelaku utama dalam kegiatan sekolah, guru dituntut untuk mengenal tempat kerjanya yakni sekolah. Pemahaman ini akan banyak membantu mereka memperlancar tugasnya sebagai pengelola langsung proses belajar mengajar. Guru perlu memahami factor-faktor yang langsung dan tidak langsung menunjang proses belajar-mengajar.
Salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap tugas-tugas guru adalah aspek pelayanan sekolah yang dalam hal ini disebut administrasi. Istilah ini bukanlah dalam arti ketatausahaan atau clerical work sebagaimana yang dipahami banyak orang , yakni tugas-tugas yang hanya berhubungan dengan persoalan-persoalan surat-menyurat dan selainnya. Akan tetapi lebih dari itu, administrasi meliputi keseluruhan dari pengelolaan suatu lembaga, termasuk dalam hal ini satuan pendidikan (sekolah).
Dalam konteks inilah guru harus menempatkan diri, terlibat secara aktif membantu kepala sekolah bersama guru lainnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh sekolah tempat ia bertugas. Keterlibatan guru adalah secara keseluruhan (totalitas), yang tidak hanya aspek fisik-material tetapi juga melibatkan mental spiritual, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Beberapa aspek administrasi disekolah antara lain: (1) administrasi pengembangan kurikulum; (2) administrasi kesiswaan; (3) administrasi personalia; (4) administrasi prasarana; (5) admnistrasi keuangan; (6) administrasi tentang hubungan sekolah dengan masyarakat.
Bagi guru, pemahaman tentang administrasi pengembangan kurikulum akan sangat membantu dalam pengembangan kurikulum menjadi pengalaman belajar siswa: pemahaman tentang administrasi kesiswaan akan sangat membantu mereka dalam menjalankan tugas memproses siswa tersebut menjadi lulusan yang bermutu tinggi; pemahaman tentang pengelolaan personel akan membantu upaya pengembangan pribadi dan profesionalnya; pemahaman pengelolaan prasarana dan sarana membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi prasarana dan sarana yang ada sehingga prasarana dan sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara oftimal; pemahaman tentang seluk beluk administrasi keuangan membantu guru dalam menetapkan prioritas pelaksanaan tugasnya, karena pada akhirnya dana untuk menunjang kegaitannya juga terbatas; pemahaman tentang hubungan sekolah dan masyarakat akan membantu guru dalam usaha mereka menjadikan sekolah bagian yang tidakterpisahkan dari masyarakat, sehingga terjalin kerja sama yang baik di antara keduanya. 1
Tuntutan normatif di atas, mengharuskan para guru untuk lebih terkosentrasi pada tugas-tugasnya di sekolah, sehingga tidak dijadikan sebagai pekerjaan sambilan. Meskipun profesionalitas keguruan dalam konteks hari ini (di indonesia) masih menimbulkan persoalan karena tututan yang begitu banyak tidak diimbangi dengan imbalan atau gaji yang wajar. Kondisi ini membuat ideal untuk mengfungsikan guru secara maksimal menghadapi persoalan dilematis, disatu sisi dihadapi dengan kewajiban dan di sisi yang lainadalah problem kesejahteraan. Belum lagi kita berbicara tentang saran tentang kesiapan sarana yang penunjang profesi keguruan.
Pandangan diatas menggambarkan betapa luasnya wilayah kerja yang mesti diemban oleh guru, tidak hanya terbatas pada relasinya dengan peserta didik akan tetapi juga meliputi aspek-aspek di luar peserta didik. Kompleksitas tersebut juga berarti banyaknya peran yang mesti dimainkan oleh guru. Dengan ketimpangan dalam hal pengganjian, maka guru hanya bisa melaksanakan tugas ini dengan semangat pengabdian yang tinggi dan tanpa pamrih. Hal ini karena stigma (cap) “pahlawan tanpa jasa” sudah terlanjur enak dihati para guru.
Lebih lanjut, para ahli keguruan memberikan pandangan dalam hubungannya dengan kegatan administrasi di sekolah, maka seorang guru dapat berperan sebagai berikut:
1. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegitan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
2. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarkat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
3. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
4. Penegak disiplin,guru harus menjaga agar mencapai suatu disiplin.
5. Pelaksana administrasi pendidikan, di samping mejadi pengajar, gurupun bertanggung jawab akan kelancaran jalannyapendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan adminitrasi.
6. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa.
7. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
Dalam kenyataannya, peran-peran ideal guru sebagaimana dijelaskan di atas masih belum terlaksana dengan semestinya di sekolah. banyak faktor yang mempengaruhinya, yakni: (1) faktor kesadaran guru disebabkan olah tidak adanya pengetahuan baik konseptual maupun praktis; (2) kepemimpinan sekolah yang tidak mendorong guru untuk mengembangkan diri serta tidak melibatkan mereka dalam penyelesaian problem-problem sekolah; dan (3) keterbatasan sarana sarana pendidikan di sekolah.
2. Guru dan penyelenggaraan administrasi sekolah
Hukum alam menggariskan bahwa setiap entitas di muka buni selalu berubah seiring dengan perkembangan atau peubahan zaman. Perubahan itu ada yang hany terbatas pada bagian-bagian dari entitas tersebut, akan tetapi adapula yang berubah secara totalitas. Hal ini dalam rangka mempertahankan eksistensi dan peran dalam kehidupan. Karena entitas yang tidak fungsional (tidak punya fungsi dan peran) pasti akan di tinggalkan orang dan hilang dari sejarah kehidupan. Hal mendapatkan pembenaran secara teologis (At-Taubah: 105),bahwa : “ dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka allah dan rasul-nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitahukan –nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. 2
Demikian pula dengan guru. Pergantian demi pergantian sejarah (terutama bangsa indonesia) turut mewarnai perjalanan guru. Sehingga guru pada zaman pastlah tidak sama pada zaman yang lain. Jika guru pada zaman colonial adalah gambaran dari watak colonial yang menindas, maka di zaman perjuangan kemerdekaan guru adalah pemberi semangat bagi pemuda untuk berjuang demi tanah air. Demikianlah seterusnya, hingga era demokrasi terpimpin, orde baru, dan reformasi, memunculkan karakter yang berbeda-beda. Purwanto, menjelaskan : “pada waktu yang lampau, pada umumnya tugas kewajiban guru hampir seluruhnya mengenai pekerjaan mengajar melulu dalam arti menyampaikan keterangan-keterangan dan fakta-fakta dari buku kepada murid, memberi tugas-tugas dan memeriksanya. Waktu dan keadaan kemikian di sekolah-sekolah kita sekarang telah dan sedang berrlalu dengan cepat. Sekarang, guru harus juga memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolah, ikut serta menyelesaikan berbagai peo\soalan yang dihadapi sekolah, yang kadang-kadang sangat kompleks sifatnya.3
Pandangan di atas dapat dipahami bahwa saat ini guru dituntut dalam berbagai peran di sekolah. Guru harus berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan sekolah bersama dengan sesame guru dalam rangka membantu pimpinan mengelola sekolah. sebagai konsekwensinya adalah guru harus memiliki peengetahuan yang baik dan luas tentang aspek-aspek yang ada hubungannya dengan kesuksesan penyelenggaraan pendidikan , yang secara umum disebut adminstrasi.
Istilah administrasi sering diartikan sama dengan ketatausahaan memiliki domain sendiri dan dikerjakan oleh personalia yang khusus untuk itu. Sehingga perlu penjelasan lebih jauh untuk menghindari kekeliruan pemahaman (missunderstanding). Purwanto mengemukakan asal muasal kata administrasi (etimologi) tersebut sebagai berikut: kata “administrasi” barasal dari bahsa latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare, kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare sama artinya dengankata to serve atau to conduct yang berarti “melayani”, “membantu”, “atau mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan mengarahkan.4
Sehingga administrasi dapat diartikan sebagai aktifitas atau upaya untuk membantu, melayani,mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan. Dalam sejarahnya, administrasi sebenarnya telah lama dilaksanakan orang (digambarkan “sejak dua orang bersama-sama mendorong batu”), tetapi sebagai ilmu baru muncul pada permulaaan pertengahan kedua abad kesembilan belas.
Dewasa ini administrasi dalam teori dan prakteknya adalah sama dengan manajemen, terutama pada fungsi-fungsinya, yakni : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Secara termonologis, administrasi adalah upaya untuk melayani pelanggan dengan mengarahkan segala potensi yang dimiliki, baik material maupun spiritual dalam rangka mencapai tujuan.
Siagian, mengemukakan bahwa administrasi adalah “keseluruhan proses kerja sama dua orang manusia atau lebih yang didasrkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.5 Dengan demikian dapat dilihat beberapa kandungan dalam administrasi, yakni:
Pertama, aminstrasi sebagai seni adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaanya sedang akhirnya tidak diketahui secara pasti. Hal ini disebabkan kegiatan administrasi adalah kegiatan yang berlangsung sepanjang hidup manusia, batas akhirnya adalah ketika kehidupan manusia berakhir.
Kedua, administrasi mempunyai unsure-unsur tertentu, yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya tugas atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya peralatan dan perlengkapan untuk melaksanakan tugas-tugas itu. Ke dalam golongan peralatan dan perlengkapan termasuk pula waktu, tempat, perlatan materi sarana lainnya
Ketiga, bahwa amnistrasi sebagai proses kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena ia telah timbul bersama-sama dengan timbulnya perbedaan manusia. Tegasnya, administrasi sebagai seni merupakan suatu fenomena sosial.
3. Pentingnya Pemahaman Administrasi Bagi Guru
Segala sesuatu yang akan dikerjakan harus berangkat dari kendaraan, yakni pengetahuan yang benar tentang apa yang akan dikerjakan itu. Karena ini sangat penting dalam mengarahkan suatu aktivitas, yaitu bahwa frame kerjanya memang sudah tertinggal dalam memori. Demikian juga halnya dengan keterlibatan seorang guru dalam proses-proses administrative, tentu harus diawali dengan pengetahuan akademik yang mantap. Oleh karenanya, guru harus belajar keras untuk memperoleh pengetahuan itu, baik dengan latihan formal, nonformal, ataupun autodidak dengan ccara membaca literatur yang relevan di rumah.
Peran-peran administrative oleh guru mencakup pendekatan-pendekatan sebagai berikut: pertama, dalam konteks kapasitasnya sebagai tenaga pengajar, yang menyangkut aspek inividualnya sebagai guru: kedua, adalah sebagai anggota masyarakat yang secara formal bekerja sebagai guru di sekolah (social approach); ketiga, dalam konteks peran pembaharu bagi pemuda atau anak didik.
User Usman berpendapat, bahwa dalam hubungannya dengan kegiatan administrasi seorang guru dapat berperan sebagai berikut: a) pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya; b) wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencermikan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti baik; c) orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan; d) penegak disiplin , guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin; e) pelaksana administrasi pendidikan , disamping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannyapendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi; f) pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan dir untuk anggota masyarakat yang dewasa; g) penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnyamasalah-masalh pendidikan.6
Keberadaan guru merupakan perwakilan dari beberapa unsure, yang walaupun secara formal tidak dikenal secara jelas, tetapi paling tidak dapat dikenali berdasarkan peran-perannya. Dewasa ini tugas guru tidak hanya mengajar semata-mata, tetapi lebih dari itu adalah membantu kepala sekolah dalam mengelola kegiatan sekolah sehingga tujuan sekolah dapat dicapa. Disi lain, ada tanggung jawab kemasyarakatan yang melekat pada guru yang membuat ia harus senantia memasyarakatkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam rangkan menciptakan masarakat yang berpengetahuan.
Dengan memahami (secara akademis/konseptual) proses-proses administrative yang berlangsung di sekolah dengan baik, maka besar harapan akan berlangsungnya aktifitas pendidikandan pengajaran yang berkualitass, karena guru yang paling mengetahui keadaan anak didik (sebagai input utama pendidikan) turut terlibat aktif dalam segala aktifitas penyelenggaraan sekolah.
Bagi guru, pemahaman tentang administrasi pengembangan kurikulum akan sangat membantu dalam menerjemahkan kurikulum menjadi pengalaman belajar siswa; pemahaman tentang adminstrasi kesiswaan akan sangat membantu mereka dalam menjalankan tugas memproses siswa terseut menjadi lulusan yang bermutu tinggi; pemahaman tentang pengelolaan personel akan membantu upaya pengembangan pribadi dan profesionalnya; pamahaman pengelolaan prasarana dan sarana membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi prasarana dan sarana yang ada sehingga prasarana dan sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara oftimal; pemahaman tentang seluk beluk administrasi keuangan membantu guru dalam menetapkan prioritas pelaksanaan tugasnya, karena pada akhirnya dana untuk menunjang kegiatannya juga terbatas; pemahaman tentang hubungan sekolah dan masyarakat akan membantu guru dalam usaha mereka menjadikan sekolah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakaa, sehingga terjalin kerja sama yang baik di ntara keduannya.7
Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat simpulkan garis-garis besar administrasi sekolah di mana guru dapat terlibat, yakni:
a. Administrasi Kurikulum
Kurikulum dalam suatu system pendidikan merupakan komponen yang teramat penting, karena kurikulum merupakan salah satu landasan yang menjadi pedoman penyelenggaraan proses mengajar (PBM). Kualitas keluaran proses pendidikan anatara lain ditentukaan oleh kurikulum dan efektifitas pelaksanaannya. Ia harus sesuai dengan filsafat, cita-cita bangsa, perkembangan siswa dan IPTEK, dan masyarakat . Ini merupakan landasan-landasan dalam membangun kurikulum di sekolah, yang mana saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum dalam definisi tradisionalnya adalah seperangkat mata pelajaran yang harus dilalui oleh anak didik pada suatu jenjang pendidikan tertentu untuk memperoleh ijazah. Dalam perkembangannya ternyata pemahaman tersebut tidak cukup untuk mengakomodir kepentingan atau kebutuhan anak didik yang sangat banyak. Sampai munculnya definisi yang lebih maju yang mengatakan bahwa kurikulum adalah segala hal yang memberikan pengalaman belajar para peserta didik. Kurikulum saat ini lebih diarahkan para pembentukan kemandirian siswa dalam mengatasi persoalan yang mereka hadapi. Terkait dengan hal ini, Syaiful Sagala, menyatakan bahwa: kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengembangkan pikiran, menambah wawasan, serta mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Ia lebih mempersiapkan peserta didik atau subjek belajar yang baik dalam memecahkan masalah individualnya maupun masalah yang dihadapi oleh lingkungannya. Karena itu kurikulum diberi konotasi sebagai usaha sekolah untuk mempengaruhi anak agar mereka dapat belajar dengan baikdi dalam kelas, di halaman sekolah, di luar lingkungan sekolah atau semua kegiatan untuk mempengaruhi subjak belajar sehingga menjadi pribadi yang diharapkan.8
Pandangan ini didasarkan pada pengalaman masa lalu bahwa kurikulum hanya dimaknai sebagai seperangkat mata pelajaran yang harus diselesaikan oleh anak didik pada suatu periode tertentu. Hasilnya adalah upaya mengajar formalitas, yakni menggugurkan kewajiban bagi guru, dan bagi siwa adalah mengejar ijazah. Olehnya itu, saat ini kuikulum lebih dikembangkan dengan melihat segala aspek yang dibutuhkan oleh anak didik.
Pengertian lain menyatakanbahwa: kurikulum adalah seperangkat bahan pengalaman belajar siswa dengan segala pedoman pelaksanaannya yang tersusun secara sistematik dan dipedomi oleh sekolah dalam kegiatan mendidik siswanya.9 fungsi-fungsi kegiatan pengelolaan pada umumnya. Fungsi itu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan, serta penilaian. Beberapa hal yang harus dipahami guru dari anak didiknya antara lain: kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah.
Implementasi kurikulum perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) mengurangi metode ceramah, (2) memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3)mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) bahan harus dimodifikasi dan diperkaya, (5) jangan ragu untuk berhubungan dengan specialist, bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) gunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepata yang sama, (8) usahakan mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan.10
Di dalam pelaksanaan kurikulum, tugas guru adalah mengkaji kurikulum tersebut melalui kegiatan perseorangan ataupun kelompok, bersama-sama dengan sesama guru di sekolah dan sekolah lain juga dengan personel pendidikan lainnya termasuk pengawas. Dengan demikian guru dan kepala sekolah memahami kurikulum tersebut sebelum dilaksanakan.
Guru merupakan key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu sewajarnya apabila dia turut aktif dalam pembinaan kurikulum di sekolahnya. Untuk mengubah kurikulum itu tentu tak mngkin, akan tetapi dalam rangka membuat atau memperbaiki proyek-proyek pelaksanaan kurikulum, yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya, tentu sangat diperlukan . paling tidak dia berkewajiban memberi saran-saran yang berguna demi penyempurnaan kurikulum kepada pihak yang berwenag.
Dalam hubungan ini guru dapat melakukan banyak hal, antara lain: menyarankan ukuran-ukuran yang mungkin dapat digunakan dalam memilih bahan-bahan kurikulum, berusaha menemukan cara-cara yang tepat agar antara sekolah dan masyarakat terjalin hubungan kerja sama yang seimbang, mempelajari isi dan bahan pelajaran pada setiap kelas dan meninjaunya dalam hubungan dengan peraktek sehari-hari.11
Perencanaan dan perkembangan kurikulum di sekolah antara lain meliputi: (a) penyusunan kalender pendidikan untuk tingkat kanwil, dan (b) oenyusunan jadwal pelajaran untuk sekolah. dalam penyusunan jadwal antara lain perlu diperhatikan bahwa: mata pelajaran yang dianggap berat dan banyak memerlukan tenaga berpikir hendaknya diberikan padasaat siswa masih segar; kegiatan belajar mengajar di suatu kela hendaknya jangan mengganggu kelas lain yang berdekatan.
Di samping itu, guru perlu memberikan selingan antara pelajaran yang memerlukan penalaran yang lebih berat dengan pelajaran yang bersifat keterampilan serta memberikan waktu istirahat setiap dua tiga jam pelajaran agar siswa tidak terlalu lelah12. Hal ini membutuhkan guru yang aktif mencari informasi yang berhubungan dengan tugas-tugas kependidikan, yang tentu sangat berguna dalam merumuskan langkah-langkah yang hendak diambil agar sesuai dengan tujuan pendidikan secara nasional. Disamping itu, secara internal guru harus jeli melihat dan mengatur maa pelajaran agar dapat diserap oleh siswa dengan baik. Hal ini menyangkut ketepatan waktu dengan kondisi kebugaran anak didik, disaat mana mereka siap atau tidak untuk menerima pelajaran tertentu.
b. Administrasi Kesiswaan
Siswa atau peserta didik adalah anak usia sekolah yang terdaftar padasuatu lembaga pendidikan pada periode tertentu,yang pada mereka melekat hak dan kewajiban tertentu pula. Siswa adalah salah satu sub-sistem yang penting dalam sistem pengelolaan pendidikan di sekolah menengah. Administrasi kesiswaan dilakukan agar transformasi siswa menjadi lulusan yang dikehendaki oleh ujuan pendidikan yang telah ditetapkan, dapat berlangsung efektif dan efisien.
Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar yang efektif. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam administasi kesiswaan paling tidak adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan siswa, yakni proses pencatatan dan layanan kepadasiswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh sekolah itu.
b. Pembinaan siswa, yakni pemberian layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam belajarnya di kelas. Pembinaan kepada siswa dilakukan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan siswa ini adalah: (1) memberikan orienyasi kepada siswa baru, (2) mengatur dan atau mencatat kehadiran siswa, (3) mencata prestasi dan kegiatan siswa, dan (4) mengatur disiplin siswa di sekolah.
c. Tamat belajar. Apabila siswa telah menamatkan (selesai dan lulus) semua mata pelajaran atau telah menempuh kurikulum sekolah dengan memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda tamat belajar dari kepala sekolah. dalam hal yang demikian , siswa sudah tidak mempunyai hak lagi untuk tetap tinggal di sekolah yang bersangkutan karena dianggap telah menguasai semua mata pelajaran atau kurikulum sekolah.
Tamat belajar untuk sekolah menengah , pada dasarnya merupakan pencapaian salah satu tangga untuk pendidikan lebih lanjut, atau pencapaian suatu keterampilan yang dapat dipergunakan untuk menopang kehidupannya di masyarakat.
c. Administrasi Sarana Dan Prasarana
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan diperlukan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Dalam mengelola fasilitas agar mempunyai manfaat yang tinggi dipelukan aturan yang jelas, serta pengetahuan dan keterampilan personil sekolah dalam administrasi sarana dan prasana tersebut.
Soetjipto dan Kosasih menjelaskan sarana dan prasarana dalam administrasi sekolah sebagai beriku: prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan prasarana dan perlatan yang digunakan untu menunjang pendidikan agar tujuan pendidilan yang telah ditetapkan tercapai secara efektif dan efisien.13
Kegiatan dalam administrasi sarana dan rasarana pendidikan meliputi: (1) perencanaan kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4) inventarisasi,(5) pemeliharaan, dan (6)penghapusan prasarana dan sarana pendidikan.
d. Administrasi Personel
Personel pendidikan dalam arti luas meliputi guru, pegawai, dan siswa. Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan personel pendidikan dalah golongan petugas yang membidangi kegiatan edukatif dan membidangi kegiatan noneduktif (ketatausahaan). Personal bidang edukatif adalah mereka yang bertanggung jawab dalam kegiatan belajar-mengajar, yaitu guru dan konsuler (BK); sedangkan yang termasuk di dalam kelompok personel bidang noneduktif, adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah.
Semua personel atau pengawai tersebut mempunyai peranan penting dalam kelancaran jalannya pendidikan dan pengajaran di sekolah. dalam setiap kelompok personel diperlukan pembagian tugas dan tanggung jawab serta hubungan kerja yang jelas. Seorang pemimpin sekolah/kepala sekolah dapat dibantu oleh seorang atau beberapa orang wakil kepala yang mengkoordinasikan urusan kurikulum/kegiatan belajar-mengajar, urusan kesiswaan, urusan sarana-prasarana pendidikan, urusan hubungan sekolah-masyarakat, dan sebagainya. Kelompok personel noneduktif dipimpin oleh kepala tata usaha, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab serta hubungan kerja tersendiri pula.
e. Administrasi Keuangan Sekolah
Dalam suatu lembaga pendidikan , biaya pendidikan merupakan salah satu komponen penunjang yang penting, yang sifatnya melengkapi akan tetap tidak dapat ditinggalkan. Dalam kondisi yang sangat terpaksa,pendidikan masih akan dapat berlangsung tanpa adanya biaya. Akan tetapi,setiap usahapeningkatan kualtas pendidikan selalu mempunyai akibat keuangan.
Administrasi keuangan meliputi kegiatan perncanaan, penggunaan, pencatatn, pelaporan, dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah. tujuan administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan , sehingga pengurusannya dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Administrasi Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan memilik fungsi, yakni: pertama, menjag kelestarian nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik; kedua, adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu bersamaan. Oleh karena fungsinya yang kontroversial ini, diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat.
Hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebuuhan serta kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerja sam untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah.
Tujuan utama yang ingindicapai dengan mengembangak hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
a. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuanserta sasaran yang ingin direalisasikan sekolah.
b. Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut terhadap sekolah.
c. Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik, serta meningkatakan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan sekolah.
d. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam memajukan pendidikan di sekolah dalam era pembangunan.
e. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apayang dilakukan oleh sekolah.
f. Pertanggung jawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah.
g. Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.
Keenam aspek-aspek administrasi pendidikan di sekolah tersebut sejatinya harus dapat dipahami dengan baik oleh guru. Memahami proses-proses administrasi di sekolah akan membantu guru dalam merumuskan langkah-langkah yang efektif dan efisien terkait dengan tugas mengajarnya. Segala potensi yang dimiliki oleh sekolah akan membuat guru lebih realistis (tetapi terus bekerja keras) dalam rangka membeikan yang tepat pada anak didik.
4. Penutup
Guru sangat memerlukan pengetahuan administrasi yang baik dalam menopang uga-tugasnya. Bahw tugas-tugas mengajar guru tanpa ditunjang pengetahuan tentang aspek-aspek administrative sekolah akan berjalan menoton karena guru tidak menyadari bahwa mengajar dipengaruhi oleh guru akan menciptakan kondisi belajar yang efektif. Progersionalisme keguruan dapat diukur dari kemampuan guru dalam mensinergasikan sumber daya peribadi dn sumber daya pribadi dan sumbe daya sekolah untuk kepentingangan pembelajaran yang berkualitas.
Hal ini sejalan dengan pendapat hamalik bahwa: “jabatan guru dikenal sebagai suatu pekerjaan profesional, artinya jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Sebagaimana orang menilai bahwa dokter, insinyur, ahli hokum, dan sebagainya sebagai profesi tersendiri. Pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang tanpa memiliki keahlian sebagai guru”4. Sehingga guru haruslah seorang yang professional dan ahli dalam pembelajaran dan administrasi sekolah.
A. HASIL ANALISIS
1 Kesalahan Kata
Ø Siagian
Seharusnya ditulis sebagian
Ø Para
Seharusnya ditulis pada
Ø Maa
Seharusnya ditulis matta
Ø Pengganjian
Seharusnya ditulis penggajian
Ø Kuikulum
Seharusnya ditulis kurikulum
Ø Oftimal
Seharusnya ditulis optimal
Ø Ujuan
Seharusnya ditulis tujuan
2 Kesalahan Diksi
Ø Komponen
kata ini termasuk kesalahan diksi karena ketidak lugasannya, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut. Seharusnya kata tersebut ditulis dengan kata “ dasar”.
Ø Diemban
Kata ini termasuk dalam kesalahan diksi karena ketidakbakuannya. Seharusnya kata tersebut ditulis dengan kata “dilaksanakan”.
Ø Kompleksitasf
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Satuan Pendidikan
kata ini termasuk dalam kesalahan diksi karena ketidak bakuannya, seharusnya kata tersebut ditulis dengan kata “lembaga”
Ø Spiritual
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Personel
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya wmengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Prioritas
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Normatif
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Profesionalitas
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Dilematis
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Kompleksitas
Kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga dapat mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Ketimpangan
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Ideal
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø konseptual
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Entitas
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Eksistensi
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Teologis
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Melulu
Kata ini termasuk kesalahan diksi karena ketidakbakuannya, seharusnya kata tersebut ditulis dengan kata yang baku.
Ø kompleks
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Domain
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Terminologis
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Fenomena
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Frame
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Memori
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Autobidak
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Literature
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Relevan
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Pembaharu
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø dewasa ini
kata ini termasuk kesalahan diksi Karena dianggap tidak lugas, dimana pembaca tidak sepenuhnya mengetahui maksud dari kata tersebut. Seharusnya kata ini ditulis “pada masa ini”
Ø input
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Optimal
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Definisi
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Mengakomodis
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Individualnya
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Konotasi
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Formallitas
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Sistematik
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Implementasi
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Specialist
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø key person
kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana sebagian masyarakat belum sepenuhnya mengetahui makna dari kata tersebut sehingga mengurangi dimensi kelugasannya.
Ø Selingan
Kata ini termasuk kesalahan diksi karena dianggap tidak lugas, dimana pembaca kurang mengetahui maksud dari kata tersebut. Seharusnya kata tersebut ditulis “waktu
3 kesalahan kalimat
Ø ‘mengatur dan atau mencatat kehadiran siswa”, pada kalimat ini terdapa dua kata penghubung yang saling mengisi, yang seharusnya kalimat ini hanya menggunakan 1 kata penghubung saja.
Ø “keenam aspaek-aspak”, pada kalimat ini terdapat 2 kata yang berarti jamak, yang seharusnya kata “aspek-aspek” harus diubah menjadi kata tunggal.
4 Kesalahan Paragraf
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab II, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk mengetahui kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat dan paragraf dalam penulisan jurnal, maka dilakukan analisis (penelitian atau pemeriksaan) terhadap tulisan yang ada pada jurnal tersebut.
2. Penulis dapat mengetahui apa penyebab kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat dan paragraf dalam penulisan jurnal yang akan dianalisis.
3. Penulis dapat mengetahui cara memperbaiki kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat dan paragraf.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam menyusun suatu jurnal yang sering terjadi adalah kesalahan penulisan kata, diksi, kalimat dan paragraf yang tidak sesuai. Maka untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut terlebih dahulu penulis herus mengetahui apa arti dari kata, diksi, kalimat dan paragraf.
2. Untuk memperbaiki suatu jurnal yang didalamnya terdapat kesalahan kata, diksi, kalimat dan paragraf, maka terlebih dahulu kita huarus mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Shaleh, Muhammad. 2008. Jurnal At-Ta’dib. STAIN Sultan Qaimuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar